Hukum Berpuasa Saat Junub
Pengertian Junub
Junub senada dengan hadats besar, yaitu kondisi hukum dimana seseorang sedang dalam keadaan janabah. Dan janabah itu adalah keadaan hukum yang bukan berbentuk fisik. Maka janabah tidak identik dengan kotor. sedangkan orang dalam keadaan janabah disebut dengan junub
Penyebab Hadats Besar (Junub)
Hal-hal yang bisa mengakibatkan hadats besar antara lain adalah keluar mani, bertemunya dua kemaluan, meninggal dunia, mendapat haidh, nifas dan melahirkan bayi.
Lalu Bagaimana Hukum Orang Perpuasa saat Junub ?
Hukum Berpuasa Saat Junub
Keterangan Hadits Muslim berikut ini :
Al-Mizan Al-Kubro II / 18
Al-Mizan Al-Kubro II / 21
4 madzhab sepakat sah..
Yang berikut menjelaskan fatwa di tarik kembali oleh Abu Hurairoh menurut Sa'id Ibn Al-Musayyib (pembesar tabiin yang menjadi menantu Abu Hurairoh), dan sesuai yang disampaikan oleh lorah Ghufron Bkl, menurut Al-Khoththobiy haditsnya di mansukh seperti keterangan dalam Al-mugniy Ibnu Qudamah.
Syarh Al-Yaqut An-Nafis halaman 306
Kitab Syarah An-Nawawi '
Catatan Kaki :
1. Hadits yang Unggul adalah hadis yg ke2
2. Hadits yang ke 1 tidak bisa diamalkan karena pendapat ditolak.
3. Pendapat ke 1 di tarik kembali oleh Abu Hurairah.
Source : forum diskusi
Junub senada dengan hadats besar, yaitu kondisi hukum dimana seseorang sedang dalam keadaan janabah. Dan janabah itu adalah keadaan hukum yang bukan berbentuk fisik. Maka janabah tidak identik dengan kotor. sedangkan orang dalam keadaan janabah disebut dengan junub
Penyebab Hadats Besar (Junub)
Hal-hal yang bisa mengakibatkan hadats besar antara lain adalah keluar mani, bertemunya dua kemaluan, meninggal dunia, mendapat haidh, nifas dan melahirkan bayi.
Lalu Bagaimana Hukum Orang Perpuasa saat Junub ?
Hukum Berpuasa Saat Junub
Keterangan Hadits Muslim berikut ini :
عن أبي بكر قال سمعت أبا هريرة رضي الله عنه يقص يقول في قصصه من أدركه الفجر جنبا فلا يصم فذكرت ذلك لعبد الرحمن بن الحارث لأبيه فأنكر ذلك فانطلق عبد الرحمن وانطلقت معه حتى دخلنا على عائشة وأم سلمة رضي الله عنهما فسألهما عبد الرحمن عن ذلك قال فكلتاهما قالت كان النبي صلى الله عليه وسلم يصبح جنبا من غير حلم ثم يصوم قال فانطلقنا حتى دخلنا على مروان فذكر ذلك له عبد الرحمن فقال مروان عزمت عليك إلا ما ذهبت إلى أبي هريرة فرددت عليه ما يقول قال فجئنا أبا هريرة وأبو بكر حاضر ذلك كله قال فذكر له عبد الرحمن فقال أبو هريرة أهما قالتاه لك قال نعم قال هما أعلم ثم رد أبو هريرة ما كان يقول في ذلك إلى الفضل بن العباس فقال أبو هريرة سمعت ذلك من الفضل ولم أسمعه من النبي صلى الله عليه وسلم قال فرجع أبو هريرة عما كان يقول في ذلك قلت لعبد الملك أقالتا في رمضان قال كذلك كان يصبح جنبا من غير حلم ثم يصوم
Dari Abu Bakr, dia menuturkan : Aku mendengar Abu Hurairah radhiyallahu’anhu suatu saat bercerita dan mengatakan di dalam ceritanya itu bahwa “Barangsiapa yang menemui waktu fajar dalam keadaan junub maka hendaknya dia tidak berpuasa.” Aku (Abu Bakr) menceritakan hal itu kepada Abdurrahman bin Al-Harits (yaitu ayahnya sendiri). Ternyata beliau mengingkari hal itu. Lantas Abdurrahman pun berangkat menemui ‘Aisyah dan Ummu Salamah dan aku juga ikut pergi bersamanya.
Ketika kami bertemu dengan mereka berdua, beliau (Abdurrahman) menanyakan kepada mereka berdua tentang hal itu. Abdurrahman berkata : Mereka berdua mengatakan bahwa “Dahulu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menjumpai waktu subuh dalam keadaan junub bukan karena mimpi basah kemudian beliau tetap berpuasa.”
Kemudian kami beranjak pergi menemui Marwan (bin Al-Hakam, gubernur kota Madinah di saat itu, pen). Lantas Abdurrahman pun menceritakan kisah itu kepadanya. Lalu Marwan mengatakan, “Aku bersumpah kepadamu, tetaplah pada pendirianmu dan temuilah Abu Hurairah untuk membantah apa yang pernah dia katakan.” Dia berkata, “Kami pun datang menemui Abu Hurairah dan saat itu Abu Bakr juga hadir di sana menyaksikan semuanya.”
Abu Bakr menceritakan : kemudian Abdurrahman pun menyampaikan masalah itu kepadanya (Abu Hurairah). Lantas Abu Hurairah berkata, “Apakah mereka berdua benar-benar telah menceritakan hal itu kepadamu?”. Abdurrahman menjawab, “Iya.” Maka Abu Hurairah mengatakan, “Mereka berdua tentu lebih mengetahui.”
Kemudian Abu Hurairah menyandarkan pendapat yang dulu pernah diucapkannya dalam masalah itu kepada (penuturan) Al-Fadhl bin Al-Abbas. Abu Hurairah berkata, “Aku hanya mendengarnya dari Al-Fadhl, dan aku tidak mendengarnya langsung dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Abu Hurairah pun rujuk dari pendapatnya yang dulu dalam masalah itu.
Aku (Ibnu Juraij, salah seorang periwayat hadits ini, pen) berkata kepada Abdul Malik (anak dari Abu Bakr, pen), “Apakah mereka berdua (Aisyah dan Ummu Salamah) juga mengatakan bahwa hal itu terjadi di bulan Ramadhan?”. Dia menjawab, “Memang begitu, ketika itu beliau junub (tapi) bukan karena mimpi basah, kemudian beliau tetap berpuasa.” (HR. Muslim no 1109).
Al-Mizan Al-Kubro II / 18
وأجمعوا على صحة صوم من أصبح جنبا ، لكن يستحب له الاغتسال قبل طلوع الفجر ، خلافا لأبي هريرة وسالم بن عبد الله في قولهما : ببطلان الصوم وأنه يمسك ويقضى ، وقال عروة والحسن : إن أخر الغسل لعذر . . لم يبطل صومه ، أو بغير عذر . . بطل ، وقال النخعي إن كان في الفرض . . يقضى
Al-Mizan Al-Kubro II / 21
ومن ذلك قول الأئمة الأربعة : إن صوم الجنب صحيح ، مع ﻗﻮﻝ ﺃﺑﻲ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﻭ ﺳﺎﻟﻢ ﺑﻦ عبد ﷲ : ﺇﻧﻪ ﻳﺒﻄﻞ ﺻﻮﻣﻪ ﻛﻤﺎ ﻣﺮ ﻓﻲ ﺃﻭﻝ ﺍﻟﺒﺎﺏ ﻭﺍﻧﻪ ﻳﻤﺴﻚ ويقضي ، ﻭﻣﻊ ﻗﻮﻝ ﻋﺮﻭﺓ ﻭﺍﻟﺤﺴﻦ : ﺇﻧﻪ ﺇﻥ ﺃﺧﺮ ﺍﻟﻐﺴﻞ ﺑﻐﻴﺮ ﻋﺬﺭ . . ﺑﻄﻞ ﺻﻮﻣﻪ . ﻭﻣﻊﻗﻮﻝ النخعي : ﺍﻥ ﻛﺎﻥ ﻓﻰ ﺍﻟﻔﺮﺽ . . يقضي ، فالأول مخفف ، والثاني مشدد ، والثالث مفصل ، فرجع الأمر إلى مرتبتي الميزان ، ووجه الأول تقرير الشارع من أصبح جنبا على صومه وعدم أمره بالقضاء ، ووجه الثاني ﺃﻥ ﺍﻟﺼﻮﻡ ﻳﺸﺒﻪ ﺍﻟﺼﻤﺪﺍﻧﻴﺔ ﻓﻲ ﺍﻼﺳﻢ ، ﻓﻼﻳﻨﺒﻐﻲ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﺻﺎﺣﺒﻬﺎ إلا ﻣﻈﻬﺮﺍ ﻣﻦ ﺻﻔﺎﺕ ﺍﻟﺸﻴﺎﻃﻴﻦ ، ﻭﺍﻟﺠﻨﺐ ﻓﻰ ﺣﻀﺮﺓ ﺍﻟﺸﻴﻄﺎﻥ ﻣﺎﻟﻢ ﻳﻐﺘﺴﻞ ﻓﻜﻤﺎ ﺗﺒﻄﻞ ﺻﻼﺓ ﻣﻦ ﺧﺮﺝ ﻣﻦﺣﻀﺮﺓ ﷲ ﺍﻟﺨﺎﺻﺔ ، ﻓﻜﺬﻟﻚ ﻳﺒﻄﻞ ﺻﻮﻡ ﻣﻦﺧﺮﺝ ﻣﻦ ﺣﻀﺮﺓ ﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺍﻟﻰ ﺣﻀﺮﺓ ﺍﻟﺸﺎﻃﻴﻦ ، ومن هنا يعرف توجيه القول المفصل ، وأما وجه قول النخعي . . فهو لأن الفرض لا يجوز الخروج منه بخلاف النفل ، فلذلك شدد فيه بالقضاء لعدم تأديته على وجه الكمال ، فالأول خاص بالأصاغر ، والثاني خاص بالأكابز ، وكذالك ما وافقه
4 madzhab sepakat sah..
Yang berikut menjelaskan fatwa di tarik kembali oleh Abu Hurairoh menurut Sa'id Ibn Al-Musayyib (pembesar tabiin yang menjadi menantu Abu Hurairoh), dan sesuai yang disampaikan oleh lorah Ghufron Bkl, menurut Al-Khoththobiy haditsnya di mansukh seperti keterangan dalam Al-mugniy Ibnu Qudamah.
Syarh Al-Yaqut An-Nafis halaman 306
ويستحب للجنب الاغتسال ليلا ، ويكره تأخيره إلى ما بعد الفجر ، وقالوا : إن أبا هريرة قال : { من أصبح جنبا . . بطل صومه } [ ١ ] ، فالغسل ليلا أفضل من قبيل الاحتياط
ـ [ ١ ] قال سعيد بن المسيب : رجع أبو هريرة عن فتياه ، وحكي عن الحسن وسالم بن عبد الله قالا : يتم ويقضي ، وعن النخعي في رواية : يقضي في الفرض دون التطوع ، وعن عروة وطاووس : إن علم بجنابته في رمضان فلم يغتسل حتى أصبح . . فهو مفطر ، وإن لم يعلم . . فهو صائم ، وحجتهم حديث أبي هريرة الذي رجع عنه . اهـ من {{ مغني ابن قدامة }} ـ اهـ
Kitab Syarah An-Nawawi '
Catatan Kaki :
1. Hadits yang Unggul adalah hadis yg ke2
2. Hadits yang ke 1 tidak bisa diamalkan karena pendapat ditolak.
3. Pendapat ke 1 di tarik kembali oleh Abu Hurairah.
Source : forum diskusi
0 comments:
Post a Comment